Ruang Khusus
Seorang kawan berkata dengan wajah kusut, sekusut kemacetan di ibu kota. Dengan getir dia berkata:
"Malu kali aku bah!"
Lalu aku sambar pernyataannya dengan tanya setengah interogasi
"Eh, kenapa? apakah dirimu melakukan dosa? atau melanggar hukum?
Tak bergeming muka datarnya dengan ketus kembali berucap:
"Salah masuk ruangannya aku!"
Oh ruangan apa? Salah toiletkah?
Tak hiraukan upayaku mencairkan suasana, setengah geram ia kembali berucap:
"Ngeri kali, tak faham aku, tau tau aku sudah terkunci oleh sekian tatapan mata di ruangan khusus itu. Samar kundengar ada yg cakap "eh siapa yg suruh dia masuk sini?"
Terus bagaimana? Aku mulai tertarik.
Macam mengunyah seggenggam andaliman, terkejut, setengah melompat, keluarlah aku dari ruangan itu, iiihh ngeri kali!
Oooh... Jawabku dengan datar. Sontak kawanku membentak.
"Cuma oh! komentar kau!"
Begini kawanku, karena bisingnya suara saat itu, kau hanya menangkap kata "eh, siapa yang suruh dia masuk sini?" padahal ada kalimat lanjutannya.
Bah! Makin ngeri ini, apa lagi cakapnya? Pasti lebih pedis lagi dari segenggam andaliman! Kawanku meringis kuatir.
Tak ku hiraukan wajah meringisnya, lalu berkata
"Justru sebaliknya kawan, nikmatnya senikmat BPK. Mau tahu kalimat lengkapnya?".
Tanpa menunggu jawabannya aku berkata.
"Mereka bilang; eh, siapa yg suruh dia ke masuk sini, dia ini harusnya di ruang khusus orang super penting!"
Bah! Jangan bohong kaww, senang kali aku dengarnya. Temanku ceria.
Tiba tiba dia pasang muka serius?
Motivatornya kau?
Enak aja! Saya oposisi!
Ngopi kita bang!
"Malu kali aku bah!"
Lalu aku sambar pernyataannya dengan tanya setengah interogasi
"Eh, kenapa? apakah dirimu melakukan dosa? atau melanggar hukum?
Tak bergeming muka datarnya dengan ketus kembali berucap:
"Salah masuk ruangannya aku!"
Oh ruangan apa? Salah toiletkah?
Tak hiraukan upayaku mencairkan suasana, setengah geram ia kembali berucap:
"Ngeri kali, tak faham aku, tau tau aku sudah terkunci oleh sekian tatapan mata di ruangan khusus itu. Samar kundengar ada yg cakap "eh siapa yg suruh dia masuk sini?"
Terus bagaimana? Aku mulai tertarik.
Macam mengunyah seggenggam andaliman, terkejut, setengah melompat, keluarlah aku dari ruangan itu, iiihh ngeri kali!
Oooh... Jawabku dengan datar. Sontak kawanku membentak.
"Cuma oh! komentar kau!"
Begini kawanku, karena bisingnya suara saat itu, kau hanya menangkap kata "eh, siapa yang suruh dia masuk sini?" padahal ada kalimat lanjutannya.
Bah! Makin ngeri ini, apa lagi cakapnya? Pasti lebih pedis lagi dari segenggam andaliman! Kawanku meringis kuatir.
Tak ku hiraukan wajah meringisnya, lalu berkata
"Justru sebaliknya kawan, nikmatnya senikmat BPK. Mau tahu kalimat lengkapnya?".
Tanpa menunggu jawabannya aku berkata.
"Mereka bilang; eh, siapa yg suruh dia ke masuk sini, dia ini harusnya di ruang khusus orang super penting!"
Bah! Jangan bohong kaww, senang kali aku dengarnya. Temanku ceria.
Tiba tiba dia pasang muka serius?
Motivatornya kau?
Enak aja! Saya oposisi!
Ngopi kita bang!
Komentar
Posting Komentar