Bekasi: Sepinya Jalanan Dan Hilangnya Berbagai Hal (Kenangan Masa Pandemi Part 2)
Aku bersyukur bahwa akhirnya Dinas pendidikan kota bekasi memutuskan untuk meliburkan anak-anak sekolah. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk membatasi kegiatan masyarakat, physical distancing, sosial distancing, berikutnya pembatasan sosial berksala besar, dan nantikan ada pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat.
Malam itu, pulang dari pertemuan yang berjarak kurang lebih 13 Km dari rumah, membayangkan siang tadi mencoba berburu masker, alkohol dan vitamin C di toko swalayan. Entah bagaimana, semuanya raib tak berbekas. Ke apotik, sama. Aku berpikir minimal mendapatkan vitamin C, terutama untuk kebutuhan kami sekeluarga. Sambil memperlambat kendaraan, mencoba mengamati jika masih ada apotek yang buka, dengan harapan masih ada persediaan vitamin C. Akhirnya mataku menangkap ada tulisan "Toko Obat" tanpa membuang waktu aku berhenti dan bertanya, puji Tuhan, walau dengan harga dua kali lipat, vitamin C aku dapatkan dan kalau tidak salah sekalian beli vitamin B Compex.
Pulang ke rumah, memantau berita, berkomunikasi dengan keluarga yang jauh di luar pulau, saling berbagi informasi dengan komunitas.
Hari-hari selanjutnya adalah waktu yang mencekam. Suara ambulan yang kian hari kian dekat dengan rumah. Berpikir, entah kapan, mereka berhenti di depan rumah, menjemput dengan paksa dan diisolasi di tempat-tempat yang sudah disediakan oleh pemerintah: rumah sakit, wisma altit, stadion, hotel dan entah banyak sekali isu yang berkembang.
Angka kematian, orang yang terpapar, orang yang kontak dengan orang yang terpapar, berbaris rapat di setiap running teks televisi. Ratusan, ribuan angka terus bertambah. Kematian orang-orang entah yang dikenal atau yang tidak di kenal, menjadi hal yang tidak terhindarkan.
Di tengah berbagai teori yang muncul, bersyukur ada hal yang pasti, dimana virus ini tidak bertahan terhadap sabun, sehingga terkadang mencuci tangan dan hidup bersih menjadi bahan ejekan bagi diri, betapa tidak, ternyata covid mengajarkan saya dan mereka untuk rajin cuci tangan dan diajar kembali tentang hidup bersih.
Oh ya, ada satu lagi, selain alkohol, ternyata ada juga anjuran bahwa meracik pemutih pakaian dengan air di tambah Alkohol menjadi hal yang katanya ampuh memerangi virus itu. Maka aku menjadi orang yang paling rajin meracik dan menyemprot meja, kaca, ruangan, gagang pintu bahkan pintu, berharap virus itu mati dan musnah dari rumah kami.
Pandemi terus berlanjut, 2020 mecekam, 2021 kian menyimpan mesteri, entah kapan atau tepatnya mungkinkah berakhir ?
Bersambung:
Vaksin Dan Bertumbangan Manusia Di Terjang Varian Delta.
Komentar
Posting Komentar