Yairus, sehari-hari mendapat mandat untuk mengepalai rumah ibadat. Seorang yang pantas mendapat jabatan itu adalah orang yang berkompeten. Ia dihormati oleh masyarakat dan tentu saja memiliki kualifikasi kehidupan rohani di atas rata-rata. Kepala rumah ibadat mengatur dan mengawasi semua kegiatan yang terjadi dalam rumah ibadat
Ketika kita menelusuri cerita di dalam Injil Markus 5:21-43, kita mendapati Yairus sedang mengalami masalah yang sangat menguras pikiran dan perasaannya. Dikisahkan putrinya sakit dan hampir meninggal. Dengan sangat ia memohon-mohon supaya Tuhan Yesus datang dan meletakkan tanganNya supaya putri kesayangan menjadi sembuh. Tuhan Yesus mengabulkan dan mereka beranjak pergi, namun di perjalanan terjadi distraksi dimana perempuan yang sakit pendarahan dua belas tahun mengalami mujizat setelah menyentuh jubah Tuhan Yesus. Perjalanan menuju rumah Yairus terhenti sejenak. Namun rupanya kabar duka terlanjur datang, anak Yairus sudah meninggal.
Kita kemudian digiring dengan cerita happy ending, karena Tuhan Yesus tetap pergi, bahkan dengan mujizat yang luar biasa, putri kesayangan Yairus dibangkitkan.
Lantas apa yang dapat kita pelajari
1. Tuhan Yesus selalu mendengar permohonan kita
Pernahkah kita berpikir dan menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa Tuhan Yesus tahu dan mendengar seruan anak-anaknya. Jika ribuan tahun yang lalu seruan memohon yang paling perih dari Yairus didengar Tuhan, pada masa kinipun Dia tetap sama. Dia mau datang, bahkan bisa jadi sedang menunggu, kapan anak-anaknya mengundang diriNya secara special. Ia mau hadir, mau datang dan siap melakukan sesuatu bagi anda dan saya.
2. Waktu Tuhan berbeda dengan waktu kita
Yairus bisa saja panik dan kecewa. Detik-detik berharga yang ia punya ternyata terhenti oleh perempuan yang sakit pendarahan 12 tahun dan mengalami kesembuhan oleh Tuhan Yesus. Benar saja, nyawa anaknya tidak tertolong, dan utusan dari rumahnya mengabarkan kematian putri kesayangan Yairus. Bahkan mereka berujar, sudahlah, jangan repotkan lagi guru, anakmu sudah meninggal.
Kita, pada hari ini adalah generasi yang mudah kecewa. Bukan karena lemah, tapi dunia mendidik kita untuk selalu mementingkan diri sehingga harus menjadi pusat perhatian. Jika kita ada di posisi Yairus jangan-jangan kita marah, menuding, ngambek dan buat status di medsos: "detik berhargaku dirampas wanita yang ego itu."
Guys, waktu Tuhan beda, kuasa Tuhan tidak dapat dipatahkan oleh yang menurut kita lelet atau terlambat. Tuhan sudah maha piawai dalam merancangkan yang hebat buat anda dan saya. So, tenang aja. Ubur-ubur ikan lele, tenang dan percaya aja le...
3. Masalah besar sebagi kesempatan untuk menunjukkan mujizat besar
Kematian anak Yairus tidak menghentikan rencana Tuhan untuk menapakkan kaki menuju rumah kepala Rumah ibadat yang sedang berduka itu. Kita tahu anak itupun dibangkitkan oleh kuasa Tuhan Yesus yang sangat, ah... tidak ada kata yang dapat digunakan untuk menggambarkan kehebatanNya.
Bro and sist, masalah besar bukan bikin tamat hidupmu. Dunia tak berhenti berputar saat kau putus cinta, retak rumah tangga, putus hubungan kerja, saldo tinggal seadanya. Tidak! Masalahmu yang besar sebenarnya sebagai peluang melihat mujizat dan cara Tuhan yang super duper besar. Jadi move on dari menyembah masalah, bawa dirimu kepada menyembah Tuhan Yesus Raja segala raja yang siap memberi hidup dan memberinya dengan segala kelimpahan.
Kesayangan Tuhan Yesus, yuk berdiri tegak, bermohonlah kepada Dia, miliki relasi yang hangat dan kental dengan Dia, jangan berhenti hanya karena merasa "koq ada penundaan sih" ingat masalah yang terlihat besar sebenarnya berpotensi menghadirkan mujizat besar.
Sudut Bekasi, Februari 2025.